Kesaksian Para Pemilik Mesin Beras Embrio SUGAWA

Sunday, July 21, 2013

Mengenal Manfaat Beras Pecah Kulit

beras pecah kulit
Beras putih biasanya telah mengalami proses selep atau penggilingan yang berulang kali, hingga menghasilkan beras yang warnanya putih bersih. Sedangkanberas pecah kulit, atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai brown rice, hanya mengalami proses pengelupasan gabah atau kulit luar saja.
Beda dari brown rice atau beras pecah kulit dengan beras putih biasa adalah kandungan mineral dan vitaminnya. Beras pecah kulit masih menyimpan kandungan gizi yang lebih banyak 80% dibanding beras putih.
Sedangkan beras putih yang mengalami berkali-kali proses penggilingan akan kehilangan nilai gizinya hingga 80% dan hanya mengandung karbohidrat saja.
Manfaat yang dikandung oleh beras pecah kulit pun jauh lebih banyak. Seperti dilansir oleh situs Boldsky, berikut ini diantaranya:
  • Jantung sehat
Kandungan serat dalam beras pecah kulit sangat tinggi. Lapisan ekstra jaringan di sekitar beras yang berwarna coklat tersebut membantu mengontrol peningkatan aterosklerosis dan tekanan darah sehingga bermanfaat mencegah penyakit jantung dan kardiovaskuler.
  • Anti oksidan
Beras sebenarnya punya kandungan antioksidan tinggi, seperti juga strawbery dan blueberry. Sayangnya, jika proses penggilingan diteruskan, maka antioksidan tersebut akan hilang.
  • Kanker kolon/usus besar
Resiko kanker kolon atau kanker usus besar dapat ditekan dengan konsumsi beras pecah kulit. Ini karena kandungan fenol yang cukup tinggi, sehingga proses pencernaan dalam usus besar menjadi lebih sehat.
  • Kanker payudara
Beras ini mempunyai Pytonutrient Lignin yang bermanfaat mencegah kanker payudara yang biasanya menyerang kaum wanita.
Masih ada lebih banyak lagi manfaat mengonsumsi beras pecah kulit atau brown rice, sehingga sayang sekali bila dalam proses penggilingan beras putih semua zat bermanfaat itu terbuang
Sumber : sidomi.com


Tanaman Padi


Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting di dalam kehidupan manusia. Tanaman ini mengacu pada jenis tanaman budidaya, namun juga memiliki beberapa jenis marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar.Di tingkat dunia, produksi padi menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Dan bagaimanapun juga, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia, yang hasil dari pengolahan padi kita sebut beras. Istilah yang sangat tidak asing bagi penduduk negara Indonesia.
Kerajaan:Plantae
Divisi: Magnoliophyta
(tidak termasuk)Monocots
(tidak termasuk)Commelinids
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Oryza
Spesies:Oryza sativa
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau Glumiflorae).

Ciri2 Umum Tanaman
Padi: merupakan tanaman semusim; akar serabut; batang sangat pendek; struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak; daun berbentuk lanset; warna hijau muda hingga hijau tua; berurat daun sejajar; tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang; satuan bunga disebut floret; yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya; bentuk hampir bulat hingga lonjong; ukuran 3 mm hingga 15 mm; tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam; struktur dominan adalah endospermiumyang biasa kita konsumsi dalam wujud beras .
Penyebaran dan adaptasi
Padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga dan Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse. Di Afrika, padi Oryza glaberrima ditanam di daerah Afrika barat tropika.Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan oksigen ke bagian akar.
Reproduksi
Tiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap reproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak. Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama. Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endospermia. Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir padi mengadung pati di bagian endospermia. Bagi tanaman muda, pati berfungsi sebagai cadangan makanan.
Genetika, dan perbaikan varietas
Satu set genom padi terdiri dari 12 kromosom. Karena padi adalah tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual).Padi merupakan organisme model dalam kajian genetika tumbuhan karena dua alasan: kepentingannya bagi umat manusia dan ukuran kromosom yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 × 108 pasangan basa (base pairs, bp) (Sumber: situs Gramene.org). Sebagai tanaman model, genom padi telah disekuensing, seperti juga genom manusia. Hasil sekuensing genom padi dapat dilihat di situs NCBI.Pemuliaan padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil tindakan ini orang mengenal berbagai macam ras lokal padi, seperti rajalele dari Klaten atau cianjur pandanwangi dari Cianjur. Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa, yang mampu beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi (lihat bagian Keanekaragaman padi).
Namun demikian, pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filipina. Sejak saat itu, berbagai macam tipe padi dengan kualitas berbeda-beda berhasil dikembangkan secara terencana untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.Pada tahun 1960-an pemuliaan padi diarahkan sepenuhnya pada peningkatan hasil. Hasilnya adalah padi ‘IR5′ dan ‘IR8′ (di Indonesia diadaptasi menjadi ‘PB5′ dan ‘PB8′). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng coklat pada tahun 1970-an. Puluhan ribu persilangan kemudian dilanjutkan untuk menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi. Pada tahun 1984 Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras. Prestasi ini, sayangnya, tidak dapat dilanjutkan. Saat ini Indonesia kembali menjadi pengimpor padi terbesar di dunia.Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-an memungkinkan perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi transgenik yang mampu memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan penggunaan pestisida.
IRRI bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, merakit “padi emas” (golden rice) yang dapat menghasilkan pro-vitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera[1]. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang.Sejak penghujung abad ke-20 dikembangkan padi hibrida, yang memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain.Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi juga dilakukan, misalnya dengan perakitan kultivar mengandung karoten (provitamin A).
Keanekaragaman genetik
Sampai saat ini ada dua spesies padi yang dibudidayakan manusia secara massal, yaitu Oryza sativa yang berasal dari Asia dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat.Pada awal mulanya O. sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica dan japonica (sinonim sinica). Padi japonicaumumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, lemmanya memiliki “ekor” atau “bulu” (Ing. awn), bijinya cenderung membulat, dan nasinya lengket. Padi indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, lemmanya tidak ber-”bulu” atau hanya pendek saja, dan bulir cenderung oval sampai lonjong. Walaupun kedua anggota subspesies ini dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar ‘IR8′, yang merupakan hasil seleksi dari persilangan japonica (kultivar ‘Deegeowoogen‘ dari Formosa) dengan indica (kultivar ‘Peta’ dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua tipe utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa.
Kajian dengan bantuan teknik biologi molekular sekarang menunjukkan bahwa selain dua subspesies O. sativa yang utama, indica dan japonica, terdapat pula subspesies minor tetapi bersifat adaptif tempatan, seperti aus(padi gogo dari Bangladesh), royada (padi pasang-surut/rawa dari Bangladesh), ashina (padi pasang-surut dari India), dan aromatic (padi wangi dari Asia Selatan dan Iran, termasuk padi basmati yang terkenal). Pengelompokan ini dilakukan menggunakan penanda RFLP dibantu dengan isozim.  Kajian menggunakan penanda genetik SSR terhadapgenom inti sel dan dua lokus pada genom kloroplas menunjukkan bahwa pembedaan indica dan japonica adalah mantap, tetapi japonica ternyata terbagi menjadi tiga kelompok khas: temperate japonica (“japonica daerah sejuk” dari Cina, Korea, dan Jepang), tropical japonica (“japonica daerah tropika” dari Nusantara), dan aromatic. Subspesies aus merupakan kelompok yang terpisah. Berdasarkan bukti-bukti evolusi molekular diperkirakan kelompok besar indica dan japonica terpisah sejak ~440.000 tahun yang lalu dari suatu populasi spesies moyang O. rufipogon. Domestikasi padi terjadi di titik tempat yang berbeda terhadap dua kelompok yang sudah terpisah ini. Berdasarkan bukti arkeologi padi mulai dibudidayakan (didomestikasi) 10.000 hingga 5.000 tahun sebelum masehi.

Keanekaragaman Budidaya Padi
Padi Gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, salah satu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan air seperti di sawah. Wilayah Lombok mengembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.
Pengolahan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Gogo
1. Penyiapan lahan
Pengolahan tanah dilakukan pada musim kemarau menjelang datangnya musim hujan.• Pengolahan tanah diperlukan untuk menciptakan kondisi tumbuh yang baik. Pada tanah datar sampai kemiringan kurang dari 5%, pengolahan tanah dicangkul (bajak) 2 kali dan satu kali garu.• Pada lahan dengan kemiringan lebih dari 15%, pengolahan tanah sederhana (minimum tillage) atau tanpa olah tanah (TOT).
2. Pemilihan varietas
Pemilihan varietas padi gogo didasarkan pada : 1) kesesuaian terhadap lingkungan tumbuh (ketinggian dan iklim), 2) umur tanaman berkaitan dengan curah hujan dan pola tanam, 3) ketahanan hama penyakit dan 4) produktivitas.• Pilihan varietas adalah: situ gintung, gajah mungkur, kalimutu, way rarem, jatiluhur, cirata,towuti, limboto, danau gaung, batu tegi, situ patenggang dan situ bagendit.
3. Tanam
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan (Oktober – November) bila terdapat 1 – 3 hari hujan berturut-turut dengan curah hujan 21 mm/minggu. • Tanam sistim alur, lahan yang telah dipersiapkan dibuat alur sedalam 3-4 cm dengan jarak antara alur 20-25 cm. Benih disebar secara diicir, kemudian alur ditutup kembali dengan tanah.• Sistem tanaman tugal dengan kedalaman 3-5 cm dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, kemudian 2 – 3 butir benih dimasukkan ke dalam setiap lubang tanam dan ditutup kembali dengan tanah.• Kebutuhan benih 30 – 50 kg/ha.• Apabila kelembaban tanah cukup, benih sebaiknya direndam sekitar 24 jam
4. Pemupukan
Dosis pupuk yang diberikan disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah.• Dosis pupuk N berkisar 300-400 kg urea/ha yang diberikan 2 atau 3 kali, yaitu 1/3 bagian pada pada umur 15 hari, 1/3 bagian pada stadia anakan ( 30-40 hari setelah sebar), 1/3 bagian pada saat menjelang primordia (50-60 hari setelah sebar) atau 1/3 bagian pada stadia anakan dan 2/3 bagian pada saat menjelang primordia.• Pupuk Fosfor (P) dan Kalium (K) diberikan pada saat tanam, dengan dosis 100-150 kg SP-36/ha dan 100 kg KCI/ha.• Pupuk kandang dengan dosis sekitar 5 ton/ha, diberikan pada saat pengolahan tanah
5. Pengendalian gulma
Penyiangan dilakukan seawal mungkin.• Penyiangan pertama dilakukan pada umur 14-21 hari setelah sebar (HSS) dan penyiangan kedua pada umur 35-40 HSS.• Penyiangan secara manual menggunakan cangkul atau kored, bila memungkinkan penyiangan dapat dibantu dengan penyemprotan herbisida (propanil).
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa hama dan penyakit utama yang menganggu pertanaman padi gogo, antara lain: blast, bercak daun, lalat bibit, tundi, wereng coklat, dan walang sangit. Penyakit blast disebabkan oleh jamur (Pyricularia oryzae), gejala serangan adalah bercak daun berbentuk belah ketupat, menyerang buku-buku dan malai, sehingga terjadi patah, batang atau busuk malai, pengendaliannya adalah sebagai berikut:• Pemupukan berimbang, hindarkan pemupukan N yang berlebihan, pupuk K dapat mengurangi keparahan serangan penyakit.• Menanan varietas toleran • Menggunakan fungisida
7. Panen dan Penanganan Hasil
Pemanenan tanaman dilakukan bila gabah telah menguning sekitar 90% atau pada umur 30-35 hari setelah berbunga tergantung varietas. • Perontokan menggunaaan alat perontok, minimal pedal tresher sederhana. Diusahakan kehilangan hasi sekecil mungkin dengan cara pengumpulan batang padi segera setelah disabit, pengangkutan dan tempat penyimpanan yang baik.• Gabah disimpan pada kadar air + 12 % (bila gabah digigit terasa keras dan berbunyi) dengan menggunakan wadah yang bersih dan bersih dan bebas hama.• Untuk mendapatkan mutu giling dan rendemen beras yang baik, diusahakan: (1) gabah harus seragam dan bersih, (2) gabah yang baru dikeringkan harus diangin-anginkan agar beras tidak pecah dan (3) sebelum digiling beras yang baru disimpan harus dijemur untuk menyeragamkan kadar airnya.

Padi Rawa
Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Selain di Kalimantan, padi tipe ini ditemukan di lembah Sungai Gangga. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.
Padi Rawa, Potensi Pengembangan Padi yang Menjanjikan
Pengembangan budi daya padi di lahan non irigasi perluditingkatkan. Lahan rawa merupakan salah satu lahannon irigasi yang berpotensi untuk dikembangkanterutama dengan komoditas padi. Lahan rawa diIndonesia tersebar pada empat pulau besar, yaituSumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Lahanrawa terdiri dari lahan pasang surut dan lahan lebak.Pemanfaatan lahan rawa pasang surut dan lebakuntuk usaha tani padi membutuhkan ketersediaanvarietas unggul yang mampu beradaptasi dengan baikpada lahan tersebut. Kendala utama peningkatanproduksi padi di lahan lebak adalah tata air.
Bila memasuki musim hujan, kondisi lahan lebak selalu tergenangair. Kedalaman genangan air sangat bervariasi, mulaidari beberapa cm hingga lebih dari satu meter. Kondisisebaliknya terjadi saat lahan lebak memasuki musimkemarau. Kendala lain yang dihadapi adalah kesuburantanah rendah, kemasaman tanah, keracunan dandefisiensi hara.Pengembangan budi daya padi juga menghadapihambatan berupa perubahan iklim global. Perubahan iklimglobal mengakibatkan adanya pergeseran musim sertaterjadinya iklim yang ekstrim, seperti terjadi kekeringandan kebanjiran. Untuk itu diperlukan varietas padi yangtoleran terhadap kondisi iklim yang ekstrim tersebut.Inovasi teknologi Varietas Unggul Baru (VUB) untukantisipasi perubahan iklim antara lain Inpara 1 sampaidengan Inpara 5. Untuk informasi Inpara lebih jelas klik link ini.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan cara pendekatan yang bersifat holistik sehingga dapat meningkatkan produktivitas maupun pendapatan petani karena lebih efektif dan lebih efisien serta sifatnya lumintu.
Pendekatan PTT
1. Memanfaatkan paket teknologi anjuran yang terdiri dari komponen komponen teknologi yang sinergis dan kompatibel sesamanya sehingga kalau diterapkan bisa lebih efisien dan lebih efektif untuk meningkatkan produksi padi rawa pasang surut
2. Pemilihan dan penerapan teknologi didasarkan pada pemecahan permasalahan setempat yang sedang dihadapi petani
3. Dengan PTT, input teknologi lebih efisien dalam peningkatan produksi padi sehingga pendapatan dan kesejahteraan petani bertambah
4. Kelestarian lingkungan lebih lumintu karena teknologi yang diterapkan lebih terkendali sehingga lebih ramah lingkungan.
Komponen Teknologi PTT
Berbeda halnya dengan sawah lahan irigasi, sawah lahan pasang surut mempunyai masalah yang sangat kompleks , sehingga keragaan pertumbuhan tanaman padi juga beraneka ragam, misalnya : daun padi mempunyai bercak kecil berwarna coklat (bercak karat) yang dimulai dari ujung daun, pertumbuhan dan pembentukan anakan tertekan, daun meruncing dan berwarna hijau gelap, perakaran kasar, jarang dan berwarna coklat gelap dan hasil padi rendah.

Keanekaragaman Tipe Beras beras-indonesia
Terdapat beberapa jenis beras. Pengkategorian tersebut antara lain:
Padi pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya
Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat
Padi wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras ‘Cianjur Pandanwangi’ (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan ‘rajalele’. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang.Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain), risotto, padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar ‘IR5′ dan ‘IR8′, yang merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya umumnya memiliki ‘darah’ kedua kultivar perintis tadi.

Varietas Unggul Padi Baru
Varietas unggul merupakan salah satu komponen paket teknologi budidaya padi yang secara nyata dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Pada tahun 2008 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi telah melepas 6 varietas INPARI (INPARI 1-6), dan 3 Varietas INPARA (INPARA 1-3).
Inbrida Padi Irigasi, atau lebih dikenal dengan INPARI adalah varietas-varietas unggul baru padi sawah yang cocok ditanam di lahan sawah irigasi, sedangkan Inbrida Padi Rawa (INPARA) adalah varietas-varietas unggul padi yang baik dibudidayakan pada kondisi lahan rawa, tahan terhadap rendaman, serta daya adaptasi pada kondisi lahan masam.
INPARI :
1. INPARI 1
Varietas ini dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 952/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008. Ciri-ciri varietas ini bentuk tanaman tegak, dengan tinggi tanaman 93 cm, jumlah anakan produktif mencapai 16 anakan, dan tekstur nasi pulen. Keunggulan varietas ini adalah ketahanan terhadap wereng batang coklat biotipe 2, serta agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3, selain itu varietas INPARI 1 mempunyai ketahanan terhadap penyakit Hawar Daun Bakteri, serta tahan rebah. Umur tanaman yang relatif pendek (108 hari) adalah keunggulan lain dari varietas ini. Yang paling penting dari suatu varietas unggul adalah potensi produksi yang cukup tinggi, rata-rata produksi varietas INPARI 17,32 ton/ha Gabah Kering Giling (GKG) serta mempunyai potensi produksi 10 ton/ha GKG.
2. INPARI 2
Varietas INPARI 2 termasuk golongan cere, dengan umur tanaman 115 hari, bentuk tanaman tegak, tinggi tanaman 85-95 cm, dengan jumlah anakan 15 anakan. Potensi hasil Varietas ini adalah 7,30 ton/ha dengan rata-rata hasil 5,83 ton/ha. Varietas ini cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl. Varietas INPARI 2 agak tahan terhadap hama wereng batang coklat, penyakit hawar daun bakteri, penyakit virus tungro. Varietas ini dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 951/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008.
3. INPARI 3
Varietas INPARI 3 cocok ditanam pada lahan irigasi dengan ketinggian sampai 600 m dpl. Varietas ini termasuk dalam golongan cere, dengan umur tanaman 110 hari. Potensi hasil varietas yang dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 953/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008 ini mencapai 7,52 ton/ha dengan rata-rata hasil 6,05 ton/ha. Varietas ini tahan terhadap hama wereng batang coklat dan agak tahan terhadap penyakit Hawar daun bakteri, dan penyakit virus tungro inokulum variasi 073, 013 dan 031.
4. INPARI 4
Tidak begitu berbeda dengan Varietas INPARllainnya, INPARI4 juga memiliki ketahanan terhadap ham a . wereng batang coklat, dan agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri, serta agak tahan penyakit virus tungro inokulum varian 073 dan 031. Potensi hasil 8,80 ton/ha dengan rata-rata hasil 6,04 ton/ha. Varietas ini termasuk dalam golongan cere dengan umur tanaman 115 hari, tinggi tanaman 95-105 cm, dan 16 jumlah anakan. Varietas INPARI4 dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 954/Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17Juli 2008.
5. INPARI 5 MERAWU
Varietas INPARI 5 dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 955/Kpts/SR.120/7/2008 tanggal 17 Juli 2008. Varietas ini termasuk golongan cere, dengan umu! tanaman 115 hari, tinggi tanaman 100-105 cm, dan jumlah anakan 15 anakan. Varietas INPARI 5 agak rentan terhadap hama wereng batang coklat Biotipe I, 2, dan 3, tetapi varietas ini agak tahan terhac:lap penyakit hawar daun bakteri, dan penyakit virus tungro inokulum varian 073 dan 031. Padaumumnya varietas . INPARI 5 cocok ditanam pad a lahan irigasi dengan ketinggian sampai dengan 600 m dpl.
6. INPARI 6 JETE
Termasuk golongan cere indica dengan umur tanaman 118 hari, tinggi tanaman 100 cm, jumlah anakan 15 batang. INPARI 6 memiliki tekstur nasi sangat pulen dengan kadar amilosa 18 %. Potensi produksi varietas INPARI 6 produktivitas 8,60 ton/ha GKG; 12 ton/ ha GKG. Varietas ini tahan rebah, serta tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, IV dan strain VIII. Varietas INPARI 6 JETE diiepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 956/ Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008.

INPARA
1. INPARA I
Varietas INPARA I termasuk dalam golongan Cere Indica, dengan umur tanaman 131 hari, bentuk tanaman tegak, tinggi tanaman 111 cm, jumlah anakan produktif varietas INPARA I dapat mencapai 18 anakan. Apabila ditanam pada kondisi lahan rawa lebak rata-rata hasil dapat mencapai 5,65 ton/ha, sedangkan apabila ditanam pada kondisi lahan rawa pasang surut rata-rata hasllnya lebih rendah yaitu 4,45 ton/ha. Varietas INPARA I memiliki potensi hasil cukup tinggi yaitu 6,47 ton/ha. Lahan rawa, baik rawa lebak maupun rawa pasang surut umumnya mengandung Fe dan Al cukup tinggi, kedua unsur ini apabila dalam kondisi banyak dapat menyebabkan keracunan pada tanaman. Varietas INPARA I memiliki toleransi keracunan Fe dan Al serta agak tahan terhadap serangan wereng batang coklat Biotipe 1 dan 2, serta tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri dan bias. Varietas ini cocok ditanam di daerah rawa lebak dan rawa pasang surut. Varietas INPARA I dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 957/ Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008.
2. INPARA 2
INPARA 2 merupakan varietas yang termasuk dalam golongan cere indica, varietas ini agak tahan terhadap wereng batang coklat Biotipe 2 serta tahan terhadap hawar daun dan blass, serta memiliki toleransi terhadap keracunan Fe dan Al. INPARA 2 baik ditanam pada lahan pasang surut dan lahan rawa lebak. Ciri dari varietas ini adalah umur tanaman 128 hari, bentuk tanaman tegak, ketahanan terhadap rebah sedang, tinggi tanaman 103 cm dengan jumlah anakan produktif mancapai 16 batang. Potensi hasil INPARA 2 mencapai 6,08 ton/ha dengan rata-rata hasil pada lahan rawa lebak 5,49 ton/ha, dan pada lahan rawa pasang surut 4,82 ton/ha. Varietas INPARA 2 dilepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 958/Kpts/SR.120/7!2008 tanggal 17Juli 2008.
3. INPARA 3
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 960/Kpts/SR.120/7I2008 Tanggal 17 Juli 2008 Varietas INPARA 3 dilepas. INPARA 3 agak toleran rendaman selama 6 hari pada fase vegetatif, agak toleran keracunan Fe dan Al, baik ditanam di daerah rawa lebak, rawa pasang surut potensial dan di sawah irigasi yang rawan terhadap banjir. Varietas INPARA 3 termasuk dalam golongan cere indica, tekstur nasi pera, dengan umur tanaman 127 hari, tinggi tanaman 108 cm, bentuk tanaman tegak, dengan jumlah anakan produktif 17 anakan. Potensi hasil INPARA 3 mancapai 5,6 ton/ha, dengan rata-rata hasil 4,6 ton/ ha GKG.
Peran Penyuluh Pertanian di lapangan. Berkaitan dengan telah dilepaskannya varietas baru tersebut, maka penyuluh pertanian perlu mencari tahu, mencoba, dan menginformasikan kepada petani varietas-varietas yang cocok dan menguntungkan di wilayah kerjanya.–end.
 sumber :http://padidankelapa.wordpress.com

Tuesday, July 16, 2013

Pemutih pada Beras, Berbahayakah?

oleh : DR Nurul L Soeida Soeid, MS




SETELAH kasus pengawet natrium benzoate pada makanan-minuman (mamin) olahan beberapa waktu lalu menimbulkan keresahan masyarakat dan produsen, kini muncul isu baru tentang beras dengan bahan pemutih, khlorin, setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan beras itu dijual di Pasar Tangerang.


Akibat berita itu, ditambah dengan terbatasnya pengetahuan masyarakat (baca:konsumen) tentang bahan pengawet, maka dampaknya bukan saja masyarakat dibuat bingung tetapi produsen pun bisa dipastikan 'terpukul'. Ini merujuk pada peristiwa pengawet natrium benzoat pada mamin olahan beberapa waktu lalu, berdampak pada keresahan masyarakat akan pengawet itu menyebabkan produk mamin tidak laku dan omzet penjualansejumlah produsen pun anjlok . Karena itu, tidak menutup kemungkinan produsen beras punakan mengalami hal sama.

Fakta di lapangan menunjukkan, konsumen (dalam hal ini ibu rumah tangga) pada umumnya mencari dan membeli beras yang putih dan bersih. Disadari atau tidak, bila dihadapkan pada dua pilihan beras putih dan bersih dengan beras putih kotor kecokelatan, pasti pilihan dijatuhkan pada yang pertama. Padahal pilihan kedua, beras putih kotor kecokelatan, boleh jadi kandungan gizinya lebih lengkap dan higienis.

Di saat proses padi menjadi beras dengan teknik slyp saat ini, ketika fraksi atau gesekan mesin dengan kulit gabah akan mengikis sebagian permukaan luar gabah (disebut lapisan aleuron), maka permukaan beras akan tampak bening dan lebih putih, sehingga seyogianya konsumen tidak perlu lagi 'menuntut' beras lebih putih lagi.

Tetapi jika dikaji lebih jauh, mengapa produsen mamin maupun beras menambahkan pengawet atau pemutih, ini semata-mata karena memenuhi tuntutan konsumen. Di pasar, konsumen selalu memilih mamin yang awet, tahan lama, tidak mudah jamuran, tidak mudah busuk, dan lainnya. Untuk beras pun memilih yang putih dengan dalih nasinya bisa lebih putih dan pulen. Kosekuensinya, produsen kemudian bisa menambahkan bahan pengawet atau pemutih.

Celakanya, ketika persoalan penembahan bahan pengawet atau pemutih itu mencuat ke permukaan, masyarakat kemudian ribut.

Persoalannya, sampai seberapa jauh sebenarnya dalam kasus bahan pemutih, khlorin pada beras bisa ditoleransi dan dinyatakan tidak berbahaya. Ini perlu disampaikan secara transparan, karena jika tidak bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, untuk membuat kondisi sosial ekonomi masyarakat kacau. Ke depan melalui penjelasan yang transparan, kiranya hal-hal semacam ini tidak perlu terjadi lagi dan berulang.


Tulisan berikut dalam konteks memberikan penjelasan berkait dengan penggunaan bahan tambahan makanan yang sering digunakan dan bagaimana pengaruhnya pada tubuh manusia. Dalam beberapa kasus penggunaan bahan tambahan itu memang diperlukan, oleh karena itu sebaiknya memang digunakan bahan-bahan tambahanyang memang benar-benar aman.


Bahan Tambahan Makanan


Berkait dengan Bahan Tambahan Makanan (BTM) sebagaimana bisa didefinisikan sebagai bahan kimia yang ditambahkan dan dicampurkan pada waktu proses pembuatan mamin, ada dua golongan. Pertama, BTM sengaja, yaitu tambahan yangdiberikan dengan sengaja. Bertujuannya untuk meningkatkan mutu mamin(konsistensinya, nilai gizi, cita rasa), mengendalikan keasaman dankebasaan, menjaga tekstur dan warna, mencegah oksidasi, menghambat pertumbuhan bakteri, atau jamur dan lainnya.

Kedua, BTM tidak sengaja, yaitu tambahan yang sifatnya sudah ada dalam mamin dalam jumlah sedikit. Pengawet dan pemutih merupakan salah satu penggunaan BTM. Pengawet terdiri atas senyawa organik dan anorganik. Tentu pengawet organik lebih sering digunakan dalam bentuk asam maupun garamnya, sepertiyang sering digunakan sebagai pengawet organik adalah asam sorbat, asam propionat,asam benzoat, dan asam asetat. Sedangkan pengawet anorganikyang masih sering digunakan, sulfit, nitrat, dan nitrit.

Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan pengawet yang paling sering digunakan terutama pada mamin asam, karena bekerjanya efektif pada pH 2,5-4,0. Benzoat digunakan karena bisa mencegah tumbuhnya jamur dan bakteri. Umumnya produsen menggunakan bentuk garamnya, yaitu natrium benzoat. Mengapa? Karena di dalam tubuh, garam tersebut akan terurai menjadi asam benzoat yangtidak terdisosiasi. Di samping itu tubuh mempunyai sistem autodetoksifikasi terhadap asam benzoat, sehingga tidak terakumulasi dalam jaringan tubuh selama tidak dikonsumsi berlebihan.

Umumnya asam benzoat bisa bereaksi dengan glisin membentuk asam hipurat yang tidak berguna dan akandibuang oleh tubuh. Asam sorbat juga sering ditambahkan pada maminuntuk mencegah pertumbuhan kapang dan bakteri dengan cara mencegahkerja enzim dehidrogenase terhadap lemak. Efektif bekerja pada pH basa,6,5. Jadi untuk mamin rasa asam memang sebaiknya tidak menggunakanpengawet jenis sorbet.

Bagaimana dengan khlorin (Cl2) pada pemutih beras? Ini merupakan salah satu zat pemutih yang memang fungsinya untuk pemutih tepung, sehingga sering juga ditambahkan sebagai pemutih beras. Ada beberapa pemutih pangan yang lazim digunakan yaitu nitrogen dioksida (NO2), nitrosil khlorida(NOCl), khlorin dioksida (ClO2). Masing-masing mempunyai daya pengoksidasiyang tinggi, sehingga tidak bisa digunakan sebagai BTM mamin berlemak, karena akan memicu ketengikan.

Khusus untuk khlorin sebenarnya merupakan salah satu unsur anorganik yang harus ada dalam tubuh sebanyak 0,15 persen dari berat, untuk membentuk jaringan tubuh, organ, dan sistem tubuh. Sementara itu khlorin (yang berfungsi sebagai pemutih) berupa gas, sehingga pada saat tepung diolah menjadi makanan, karena adanya pengaruh panas, maka gasakan hilang. Demikian pula khlorin yang kemungkinan 'terjebak' dalam beras adalah khlorin retensi. Artinya, bila beras dicuci, maka khlorin akan ikut dengan air pencuci, sehingga nasi yang dihasilkan, bebas khlorin.

Yang harus mendapat perhatian sebenarnya adalah, bagaimana sintesis khlorinnya, apakah khlorin disentesis dari bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan atau tidak. Bila ditengarai berbahaya, makatidak boleh digunakan untuk BTM. Uraian tadi menunjukkan bahwa pengawet mamin tidak perlu diragukan penggunaannya selama ditambahkan sesuai takaran yang diizinkan dan dihitung sesuai kebutuhan sasarannya.

Umumnya BTM sintetik samacam pengawet mempunyai kelebihan yaitu lebih pekat,lebih stabil dan lebih murah. Namun demikian kelemahannya sering terjadi ketidak sempurnaan proses sintesisnya, sehingga berbahaya bagikesehatan dan kadang-kadang mengandung zatyang karsinogenik, zat yang bisa memicu terjadinya kanker. Oleh sebab itu pemakaian pengawet harus jelas dan transparan. Artinya, harus mencantumkan kadar pengawet pada label kemasan harus jelas.

Tentang pelabelan ini, semua sebenarnya sudah diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988. Sedikitnya ada tiga hal yang perlu ditertibkan lagi oleh pihak berwenang dalam kaitan BTM. Pertama,berkait dengan kewajiban produsen untuk mencantumkan konsentrasi (ppm)pengawet, bukan jumlahnya.

Kedua, mengumumkan ke masyarakat jenis dan nama serta konsentrasi masing-masing BTM yang diizinkan, sehingga konsumen bisa ikut mengontrol (bukan hanya menuntut) produk yang dikonsumsinya dengan benar. Ketiga, bisa dipakai sebagai sarana mendidik dan mencerdaskan masyarakat untuk lebihpandai memilih dan mengonsumsi mamin kegemarannya, sehingga suatu saatkalau ada pemberitahuan terkait BTM, sudah tidak cemas lagi,bisa berpikir lebih jernih dalam menerima informasi dan tidak perlu lagi takut dalam mengonsumsinya.

*Dosen Jurusan FMIPA Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Sumber : http://be-rice.webs.com

Asam Fitat

Pengertian Asam Fitat

Asam fitat adalah senyawa pada kotiledon kacang-kacangan. Asam fitat mengandung sekitar 70% fosfor. Oleh karena itu, secara alami asam fitat merupakan sumber fosfor. Oleh karena senyawa tersebut sulit dicerna maka fosfor dari asam fitat tidak dapat digunakan oleh tubuh manusia. Kadar fitat dalam kacang-kacangan bervariasi, tergantung jenisnya, misalnya 0,54-1,58% pada kacang merah; 0,43% (kacang tolo); dan 1,4% (kedelai).

Asam fitat dapat mengikat unsur-unsur mineral, terutama kalsium, seng, besi, dan magnesium, serta mengurangi ketersediaannya bagi tubuh karena menjadi sangat sulit untuk dicerna. Asam fitat juga dapat bereaksi dengan protein membentuk senyawa kompleks sehingga dapat menghambat pencernaan protein oleh enzim proteolitik akibat terjadinya perubahan konformasi protein. Kompleks protein-fitat berkemampuan mengikat mineral yang lebih besar dibandingkan asam fitat bebas. Kandungan asam fitat yang tinggi (1% atau lebih) dalam makanan dapat menyebabkan defisiensi mineral, misalnya defisiensi seng (Zn) pada anak ayam, defisiensi magnesium (Mg) pada manusia, serta kekurangan kalsium (Ca) pada manusia dan hewan. Menurut beberapa peneliti, masalah gizi yang paling penting sehubungan dengan fitat adalah kemampuannya untuk menurunkan ketersediaan elemen seng.

Kemampuan asam fitat dalam mengikat ion-ion logam akan hilang bila gugus fosfatnya dihidrolisis. Asam fitat dapat dihidrolisis oleh enzim fitase menjadi inositol dan asam fosfat. Hal tersebut akan meningkatkan ketersediaan fosfor bagi tubuh dan menghilangkan kemampuan fitat untuk berikatan dengan mineral. Secara alami, enzim fitase terdapat pada jaringan tanaman dan hewan, sebagian besar kapang, dan beberapa bakteri. Karena manusia tidak mempunyai kemampuan memproduksi enzim fitase, konsumsi kacang-kacangan yang mengandung fitat tinggi harus dihindari.


Asam Fitat pada Beras


Beras yang sehari-hari dikonsumsi adalah beras giling, yang diperoleh melalui proses penggilingan. Penggilingan dimulai dengan pembersihan gabah dari kotoran yang tidak diinginkan. Setelah gabah bersih lalu dilakukan proses dehulling, yaitu pengupasan sekam dari butir beras. Beras yang telah dihilangkan sekamnya disebut beras pecah kulit (BPK). Sebelum dikonsumsi, BPK umumnya disosoh untuk menghilangkan lapisan dedak dan bekatul yang masih menempel agar beras menjadi bersih. Secara keseluruhan, porsi dedak adalah 5-7% dari bobot BPK. Lapisan luar beras (aleuron) yang tersosoh selama proses penyosohan merupakan bagian terpenting dari mutu gizi beras. 

Namun, hasil penelitian menunjukkan bagian beras yang tersosoh juga mengandung senyawa antigizi, yang merupakan faktor pembatas penyerapan zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Bekatul pada lapisan aleuron banyak mengandung zat antigizi, antara lain asam fitat yang akan menurunkan nilai cerna protein beras dan mengikat mineral penting bagi tubuh.

Asam fitat (phytic acid) merupakan senyawa kimia yang bersifat antinutrisi bagi tubuh manusia. Apabila asam fitat yang terkadung dalam makanan (beras) jumlahnya cukup tinggi, maka akan menyebabkan makanan tersebut akan sulit untuk dapat diserap dan dicerna oleh tubuh.


Monday, July 15, 2013

kandungan Gizi Bekatul Beras


Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir yang terbungkus oleh sekam. Bulir adalah buah sekaligus biji berbagai tumbuhan serealia sejati, sepertipadi, gandum, dan jelai. Istilah bekatul terutama disematkan kepada padi, karena serealia inilah yang dikenal dalam budaya Nusantara. Namun demikian, bekatul dapat diperoleh pula dari jagung, gandum, milet, serta jelai.

Bekatul Beras
Asal-usul bekatul secara anatomi adalah lapisan aleuron dan sebagian perikarp yang terikut. Aleuron adalah lapisan sel terluar yang kaya gizi dariendospermium, sementara perikarp adalah bagian terdalam dari sekam. Bekatul padi dapat dilihat pada beras yang diperoleh dari penumbukan. Proses pemisahan bekatul dari bagian beras lainnya dikenal sebagai penyosohan (polishing) untuk memperpanjang masa penyimpanan beras, sekaligus memutihkannya.

Kandungan gizi bekatul dikenal luas sejak ditemukannya vitamin B1 (tiamin) dari beras yang belum disosoh, yang bila dikonsumsi terbukti menekan frekuensi penyakit beri-beri oleh Dr. Eijkman. Kandungan gizi lainnya adalah serat pangan, pati, protein, serta mineral. Selain kaya dengan kandungan gizinya, bekatul dikenal juga dengan berbagai banyak manfaat untuk kesehatan kita.


Isi Kandungan Gizi Bekatul Beras - Komposisi Nutrisi Bahan Makanan

Bekatul Beras adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Bekatul Beras mengandung energi sebesar 275 kilokalori, protein 12,6 gram, karbohidrat 54,6 gram, lemak 14,8 gram, kalsium 32 miligram, fosfor 2000 miligram, dan zat besi 14 miligram. Selain itu di dalam Bekatul Beras juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,82 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Bekatul Beras, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.

Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Bekatul Beras :
Nama Bahan Makanan : Bekatul Beras
Nama Lain / Alternatif : Katul Beras 
Banyaknya Bekatul Beras yang diteliti (Food Weight) = 100 gr 
Bagian Bekatul Beras yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Bekatul Beras = 275 kkal
Jumlah Kandungan Protein Bekatul Beras = 12,6 gr
Jumlah Kandungan Lemak Bekatul Beras = 14,8 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Bekatul Beras = 54,6 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Bekatul Beras = 32 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Bekatul Beras = 2000 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Bekatul Beras = 14 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Bekatul Beras = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Bekatul Beras = 0,82 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Bekatul Beras = 0 mg
Khasiat / Manfaat Bekatul Beras : - (Belum Tersedia) 
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : B 
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.

Keterangan :
Riset/penelitian pada Bekatul Beras yang berbeda bisa menghasilkan perbedaan hasil yang didapat karena berbagai faktor yang mempengaruhi. Mohon maaf apabila ada kesalahan atau kekurangan pada informasi daftar komposisi bahan makanan Bekatul Beras ini. Semoga informasi kandungan gizi/nutrisi Bekatul Beras ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Terima Kasih


Sumber : keju.blogspot.com dan wikipedia

Manfaat Bekatul Bagi Kesehatan


Bekatul atau rice brand adalah lapisan luar dari beras hasil penggilingan padi dan mengandung komponen bioaktif pangan yang amat baik buat kesehatan. Bekatul mengandung protein, mineral, lemak atau asam lemak esensial, Phytosterosis, Polyphenois, Phospholipids, Beta-sitosterol, Co-enzyme Q10, Omega 3 Fatty Acids, Omega 6 Fatty Acids dan Oteic Acid, Dietery Fibres (serat pencernaan). 

Bekatul juga mengandung vitamin complex (Tocopherols, Tocotrienols, Gamma-Oryzanol), vitamin B complex (B1, B2, B3, B5, B6 dan B15/Vital antioksidan) serta nutrisi penting lain yang memiliki khasiat luar biasa sebagai penangkal penyakit-penyakit degeneratif. Berikut manfaat dari bekatul antara lain: 

1. Kencing manis
2. Darah tinggi
3. Kolesterol tinggi
4. Pengapuran pembuluh darah
5. Serangan jantung karena penyumbatan pembuluh darah
6. Gangguan aliran pembuluh darah jantung
7. Asma
8. Memperbaiki fungsi hati
9. Encok
10. Gairah sex
11. Gejala sering sakit kepala
12. Sering berdebar jantung
13. Rasa pegal otot
14. Gangguan pencernaan
15. Sembelit, susah buang air besar
16. Peningkatan daya tahan fisik
17. Penuaan dini
18. Kegemukan
19. Mengatasi haid tidak teratur
20. Meningkatkan kesuburan
21. Kista Ovarium

Mengkonsumsi bekatul guna mengobati penyakit, haruslah dilakukan secara bertahap. Jika dilakukan sewaktu-waktu hasilnya kurang maksimal. Biasanya dengan cara diminum seperti minum teh atau minum kopi-susu. Waktu 3 bulan paling sedikit guna penyembuhan penyakit, diminum setiap pagi dan sore. Bila untuk penjaga stamina atau kesehatan bisa di konsumsi setaip hari. Bermanfaat menambah kekuatan dan tidak mudah pusing serta tidak gampang capek. 

Bekatul dapat diminum dengan teh hangat caranya bekatul yang masih baru dan halus sebanyak dua sendok makan sekitar 20-30 gram, dicampur dengan teh agak kental, gula secukupnya, diseduh dengan satu gelas air hangat atau lebih baik air mendidih. Apabila menginginkan bekatul dapat dicampur dengan susu. Siapkan Bekatul yang sudah disaring dengan halus sebanyak dua sendok makan sekitar 20-30 gram. Dicampur dengan segelas susu segar atau susu instant yang sudah diseduh dengan air hangat, bisa pula ditambahkan gula. Diaduk sampai rata. Diamkan sampai agak dingin. 

Sedangkan untuk menjaga kesehatan atau stamina dapat mencoba mencampurkan 30 gram sehari sekitar 15 gram di pagi dan sore hari atau sekaligus 30 gram pagi. Campur dengan satu gelas air panas atau air termos. Agar lebih enak, tambahkan gula merah, gula putih, gula obat bagi penderita DM, susu, cokelat, sup, bubur kacang hijau, havermut, mi instan, santan kelapa, dan lain-lain. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan selamat mencoba! (Eunike Maharani/YSH)

sumber : http://news.liputan6.com

SEBARKAN INFORMASI INI